Selasa, 10 Januari 2012

TULISAN 9


Homoseksualitas Nurture

Fenomena homoseksualitas di Indonesia merupakan hal yang masih tabu dibicarakan oleh sebagian masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa di tengah-tengah masyarakat kita ini terdapat komunitas menyimpang, yakni komunitas yang sering disebut sebagai komunitas gay dan lesbian. Komunitas ini memang tergolong kaum minoritas mengingat bahwa kaum homoseksualitas sangat menutup diri.
Homoseksual atau homofilia dapat difenisikan sebagai gejala dan prilaku yang ditandai oleh ketertarikan secara emosi dan seks, pada sesorang terhadap orang lain yang sama jenis kelaminnya (Dede Oetomo, 2001) Homofilia atau homoseksualitas terdapat dimana saja dalam kehidupan manusia karena secara biologis-psikologis manusia dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan tindakan seks yang jauh lebih banyak macamnya daripada hanya senggama penis dengan vagina (Dede Oetomo, 2001).

Secara ilmiah, homoseksualitas dapat diartikan sebagai rasa tertarik secara perasaan baik itu kasih sayang atau hubungan emosional dan secara erotik, baik secara predominan mauapun ekslusif terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik. Homoseksual lebih tepatnya mengacu pada orang, baik laki-laki ataupun perempuan yang memakai orientasi homoseksualnya sebagai kriteria pokok dalam mendefinisikan identitasnya atau lebih dikenal dengan istilah Gay untuk pria dan Lesbi untuk wanita. Adapun dorongan untuk mencintai sesama jenis ini ada secara alami dan terdapat di dalam kebudayaan di seluruh dunia.
  
(George A. Rekers, The Formation of Homosexual Orientation, ditujukan kepada North American Social Science Network Conference, Washington D.C. Februari 26, 1987), mengemukakan bahwa Untuk saat ini kami boleh dengan tegas berkesimpulan bahwa sumber utama bagi penyimpangan tingkah laku seksual dan identitas seksual disebabkan oleh lingkungan dan faktor-faktor penentu perkembangan kondisi psikis orang itu, tetapi kami pun sadar akan adanya kemungkinan teoritis bahwa penyimpangan biologis dapat menjadi potensi yang sangat berbahaya dalam mendukung penyimpangan seksualitas secara tidak langsung.

Menurut saya pribadi homoseksulitas lebih cenderung disebabkan oleh faktor lingkungan bukan berdasarkan keturunan. Seseorang bisa saja mengalami hal tersebut karena pengalaman-pengalaman buruk yang pernah dialaminya. Sehingga dari pengalaman-pengalaman buruk tersebut membuat mereka ingin menentang kodratnya dengan mengubah kepribadiannya.
Para penderita homoseksualitas, bukan saja hanya mengubah kepribadiannya, namun juga mengubah ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Laki-laki menjadi tertarik dengan sesama laki-laki dan perempuan juga menjadi tertarik dengan sesama perempuan. Bahkan terkadang, mereka menginginkan terjadinya hubungan intim antar mereka yang sesama jenis.
Dari semua ini, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa kaum homoseksual kebanyakan terlalu menutup dirinya, sehingga sulit untuk berinteraksi atau berhubungan sosial dengan orang lain. Namun, kebanyakan penderita mengalami gangguan kepribadian seperti itu bukan karena faktor keturunan atau gen, tetapi lebih cenderung karena keadaan lingkungan di sekitar mereka.


Daftar Pustaka
Artikel non personal (2009). Takdir? Kebenaran Tentang Homoseksualitas. From http://www.pancarananugerah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=26. Diakses 2 januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar