Rabu, 01 Mei 2013

Tugas 2, kesehatan mental


PSIKOANALISA

Biografi Melanie Klein
Melanie reizes klein/Melanie Klein, lahir tanggal 30 maret 1882 di Winn, austria. Ayahnya bernama Dr. Moriz Reisez, yang tidak diragukan lagi merupakan inspirasi seorang Melanie di waktu kecil. Melanie klein adalah wanita yang mengembangkan teori yang menekankan pada konsep pengasuhan dan hubungan penuh cinta kasih antara orang tua dan anak walaupun demikian ia sendiri tidak mengalami hubungan yang seperti itu dengan anak perempuanya, Melitta. Perpecahan antara ibu dengan putrinya ini terjadi diawal kelahiran putrinya. Melitta adalah anak pertama dari tiga bersodara. Ia lahir dari orang tua yang sebenaranya tidak saling mencintai. Saat melitta berusa 15 tahun, orang tuanya berpisah dan melitta menyalahkan ibunya atas perpisahan ini, juga atas perceraian mereka yang terjadi kemudian. Semakin melitta dewasa hubunganya dengan ibunya semakin tidak harmonis terutama ketika melitta menikahi seseorang bernama Walter Schmideberg seorang analisis lain yang sangat berlawanan dengan klein. Cerita mengenai melanie klein dan anaknya menimbulkan prespektif baru yang menekankan bahwa teori relasi objek betul-betul menjadi hal penting bagi hubungan ibu dengan putrinya.

The play Technique/Teknik Bermain
Setelah Perang Dunia I, Klein mengembangkan teknik terapi bermain, yang sekarang digunakan di seluruh dunia. Sebagai pengganti asosiasi bebas Freud, Klein mengembangkan teknik terapi bermain untuk mengungkap motivasi bawah sadar anak-anak. Dia percaya bahwa anak-anak, melalui penggunaan permainan dan gambar, diproyeksikan perasaan mereka dalam sesi terapi. Dia menunjukkan bahwa cara anak-anak bermain dengan mainan, dapat mengungkapkan fantasi kekanak-kanakan dan kecemasan. Kehidupan sadar anak-anak dapat dipahami oleh analis melalui non-verbal perilaku mereka. Dalam Psikoanalisis Anak, dia menunjukkan bagaimana kecemasan mempengaruhi ego seorang anak berkembang, superego, dan seksualitas untuk membawa gangguan emosional.

Melalui metodenya, dia berusaha untuk meringankan rasa bersalah pada anak, dengan meminta mereka langsung menuju terapis sehingga terapis dapat mengetahui perasaan agresif dan oedipal mereka yang tidak dapat mereka sampaikan kepada orangtuanya. Dalam hal ini, Melanie mengalami perselisihan besar dengan Anna Freud, putri Sigmund Freud, yang merasa bahwa anak-anak tidak dapat dianalisa (Grosskurth, 1986).

Paranoid Schizoid Position/Posisi Paranoid Schizoid
Klein juga menulis tentang penggunaan identifikasi proyektif. Dalam identifikasi proyektif itu bukan hanya dorongan saja, tapi bagian dari diri dan produk tubuh yang dalam fantasi diproyeksikan ke objek (Segal, 1980). Ketika rasa sakit datang, maka salah satu akan menempatkan rasa sakit pada orang lain. Kemudian yang lain adalah penganiaya (Grosskurth, 1986).

Depressive Position/Posisi Depresif
Sebuah keadaan yang lebih berkembang adalah Posisi Depressive Klein. Menurut Klein, orang akan menyadari bahwa seorang ibu yang membenci merupakan ibu yang juga mencintai. Posisi depresi terjadi ketika salah seorang ibu sebagai objek menjadi ibu secara keseluruhan. Teori Klein juga terkait dengan ambivalensi, seseorang dapat mencintai dan juga membenci ibu atau orang lain namun masih tetap dapat memiliki hubungan (Grosskurth, 1986).

Obyek Hubungan/Object Relation
Klein, bersama dengan Sigmund Freud dan W.R.D. Fairbairn, menyumbangkan ide untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai hubungan-hubungan objek. Pertama Freud memperkenalkan gagasan pilihan objek, yang disebut hubungan anak dengan pengasuhan awal nya. Selanjutnya Melanie Klein menciptakan istilah objek bagian, misalnya payudara ibu, yang memainkan peran penting dalam pengembangan awal dan yang nantinya dapat menjadi sebuah gangguan psikis, seperti keasikan berlebihan dengan bagian tubuh tertentu atau aspek dari seseorang yang bertentangan dengan seluruh orang. Akhirnya, Fairbairn dan lain-lain mengembangkan apa yang disebut objek teori hubungan.

Menurutnya, anak yang tidak menerima hubungan cukup baik dengan ibu, akan semakin mundur ke dalam dunia batin objek fantasi dengan siapa ia mencoba untuk memuaskan kebutuhannya, sebagai hubungan dekat (Segal, 1980).
Teori obyek hubungan Melanie Klein, berbeda dari teori Freudian dalam setidaknya ada tiga cara:
(1) Lebih menekankan pada hubungan interpersonal,
(2) Menekankan hubungan bayi dengan ibu ketimbang ayah, dan
(3) Serta menunjukkan bahwa orang yang termotivasi terutama untuk kontak manusia bukan untuk kenikmatan seksual.

Istilah Obyek di dalam teori hubungan objek mengacu pada setiap orang atau bagian dari seseorang bahwa bayi introject, atau mengambil ke dalam struktur psikis mereka dan kemudian proyek ke orang lain.

Sexuality
Menurut Klein, baik kreativitas artistik dan kesenangan tubuh adalah arena di mana perjuangan manusia tengah antara cinta, benci, dan kompensasi dimainkan. Pria dan wanita dipandang sangat prihatin tentang keseimbangan antara kemampuan mereka sendiri di dalam cinta dan benci, tentang kapasitas mereka untuk menjaga kehidupan mereka, baik hubungan mereka dengan orang lain sebagai objek yang nyata dan objek internal mereka, kebaikan hati mereka dan vitalitas (kemampuan untuk bertahan hidup). Klein melihat hubungan seksual sebagai arena yang sangat dramatis di mana dampak baik seseorang dan kualitas esensi berada di jalurnya tersendiri.
Kemampuan untuk membangkitkan dan memenuhi kapasitas sendiri diwakili kompensasi, untuk memberikan kenikmatan dan kesenangan bahwa cinta seseorang lebih kuat daripada kebencian seseorang.

Envy/Iri
Pemahaman Klein iri, dipahami dengan membandingkan keserakahan. Mereka merasa tergantung pada payudara untuk makanan, keamanan, dan kesenangan.

Introyeksi
Introyeksi menurut Klein adalah hayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan object eksternal, yang asalnya dari payudara ibu. Introyeksi dimulai pertama kali pada saat bayi mulai menyusui. Ketika dilakukannya usah untuk memasukkan puting ibu ke dalam mulut bayi. Biasanya, bayi mencoba untuk mengintroyeksi objek-objek bayi dan menyambut puting ibunya itu sebagai objek yang dapat melindunginya dari rasa cemas. Namun, bayi juga mengintroyeksikan objek-objek buruk, seperti "payudara buruk" dan "penis buruk", untuk mengambil kendali dari objek-objek tersebut.
Objek yang di introyeksi bukan representasi akurat dari objek nyata, tapi diwarnai dengan hayalan anak-anak. Contoh, bayi berhayal ibunya selalu ada bersamanya, sehingga sang bayi merasa ibunya selalu berada di dalam badannya, namun pada kenyataannya ibunya tidak selalu ada di sampingnya, tetapi sang bayi tidak ingin menghilangkan khayalannya, sehingga sosok ibunya selalu menjadi objek internal.
The Melanie klein Trust
Didirikan pada pertama Februari 1955 untuk mempromosikan pelatihan dan penelitian dalam teori psikoanalitik. Teknik diadaptasi, dipraktekkan, serta dikembangkan oleh Melanie Klein. Melanie juga menerbitkan buku, artikel, dan makalah yang berkontribusi untuk mempromosikan kerja klinis dan pengembangan lebih lanjut dari teori dengan teknik yang berdasarkan pada setiap bagian di dunia.


HUMANISTIK

Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.


 
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.


BEHAVIORISME

B. F. Skinner
B. F. Skinner (1904-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

B. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner

1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

2. Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.







DAFTAR PUSTAKA

Feist, J & Feist, G. (2010). Theories Of Personality. 7th edition, Boston: Mc Graw Hill
Skinner, B.F. 2002. Operant Conditioning. B. F. Skinner Foundation. All Rights Reserved,
Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada